Rabu, 19 Agustus 2015

Rasa cinta berbagai versi

Cinta Sebelah Mata

Jika pagi ingin menyapa. Kerumunan kabut pun
mengelilinginya. Membuat pandangan kabur sejenak.
Menghela napas secara jeda. Menunggu dengan tabah.
Menyaksikan kabar baik dari kedatangan matahari.
Matahari pagi penghangat sepanjang hari,
yaitu kamu.



Mungkin sajak di atas dikhususkan untuk mata kanan salah seorang teman yang belum menyadari keberadaan mata kirinya. Dia melihat cinta sebelah matanya, bak seseorang yang terlalu menggilai kedatangan pagi. Rela menunggu demi kabar baik dari sang mentari. Dan rela mencuri waktu demi ingin melihat sang penghangat pagi. Padahal boleh jadi mata kirinya menghambakannya untuk tertidur, pulas bermain di alam mimpi, dan membiarkan matahari sudah terlihat tanpa perlu menunggu kedatangannya. Toh matahari akan selalu datang meski tak ditunggu. Namun bukan itu alasan terkuatnya. Bahwasanya melihat matahari datang perlahan-lahan adalah waktu yang paling indah dalam proses penghangatannya. Dia menyukai matahari yang selalu datang tepat waktu dengan segala pesonanya. Dan matahari itu adalah kamu, seseorang yang disukainya.

Entahlah, harus berapa lama lagi sepasang telinga menjadi saksi cerita akan mataharinya. Dan harus sampai kapan menahan muak melihat wajahnya merona jika mengingat mataharinya. Konon katanya, orang yang sedang mengidap cinta sebelah mata sama seperti orang yang menjejali cinta buta. Tak bisa melihat sepenuhnya, hanya indera perasa saja yang dibekalinya. 

Bahkan ada juga yang terjangkit dengan cinta diam-diam. Bicara cinta ini memang tak akan habis versinya, meski kebanyakan ceritanya sama. Beralih dari mataharinya yang sama sekali belum melirik kepadanya. Miris sih, tapi biarlah sepasang matanya berdamai secara bersamaan. Kita doakan saja semoga nantinya akan baik-baik saja akhir dari cinta sebelah matanya. 

Di sisi lain, saya ingin memutar cerita salah seorang teman yang justru menekan suaranya di dalam diam, menekan perasaannya di dalam hati, tak terdengar sama sekali, padahal orang yang disukainya adalah kerabat dekatnya sendiri. TIpe orang seperti ini memang pandai bermain wajah di depan orang lain dan di depan orang yang disukainya, namun di dalam batinnya, dia tak dapat menipu dirinya sendiri. Sebut saja dia Marlena. Gadis perempuan yang sudah geregetan akan tingkahnya. "Tinggal bilang suka saja kok ribet. Toh ke teman dekatnya, kan?" 

Hmm.. memang sih sebagian perempuan masih terbilang gengsi dan malu soal menyatakan perasaannya terlebih dahulu. Tapi kan tak ada salahnya juga, daripada terus menikam dirinya sendiri, memenjarakan perasaannya, dan menelantarkan pikirannya. Bahkan yang lebih bodohnya lagi adalah menyuruh teman yang lainnya untuk bersedia didekatkan dengan orang yang disukainya. Itu mah sama saja bunuh diri perlahan-lahan, mbok ya kalau suka ojo begitu, itu juga sama saja menyakitkan diri sendiri meski dari sisi luar terlihat bahagia.

Ini ceritanya si Marlena suka dengan kerabatnya yang bernama Sabari. Namun karena Marlena merasa tidak cocok dengan Sabari, lantaran dia pikir Sabari lebih baik bersama Syifa saja. Syifa terlihat lebih sempurna untuk mendampingi Sabari. Begitulah jika perasaannya yang menggebu justru menjadi debu. Tak ada rasa percaya diri, padahal bisa jadi, Sabari juga menyukai Marlena. Cuma perasaan Sabari seperti namanya, masih sabar dalam bentuk rasa sukanya. Atau jangan-jangan Sabari juga berpikir bahwa Marlena lebih baik tidak bersamanya? Haduh, ribet sekali perkara cinta ini. Rasanya ingin menarik Marlena dan Sabari, menekan mereka agar menyuarakan perasaannya. Jika yang satu suka dan yang satunya lagi juga suka, yasudah. Jika yang satu suka namun yang satunya tidak suka, yasudah. Sederhananya cinta adalah kejujuran tanpa harus mengaitkan orang ketiga yang tak bersalah.

Sayangnya, itu semua adalah khayalan. Mengkhayalkan Marlena mengatakan perasaannya ke Sabari. Tapi kenyataannya tetaplah sama. Biarlah Marlena sendiri yang akan mengarahkan perasaannya. Toh dia lebih tahu bagaimana dirinya. Sebagai seorang pendengar, kewenangan kita adalah mendengarkan, memberikan sepasang telinga sepenuhnya dan juga memberikan sepatah kalimat jika dimintanya. 

Soal cinta memang terdengar rumit, namun sejatinya cinta itu adalah hal yang sederhana. Menyatukan pendengaran, penglihatan, dan perasaan dengan baik. 

***

NB: Marlena, Sabari, dan Syifa adalah nama yang tidak sebenarnya. 








Tidak ada komentar:

Posting Komentar